Friday, March 11, 2016

Beri Aku Mesin Waktu

Ada seorang gadis yang murung, merenung, akan penyesalan nya sendiri. Tentang langkah kaki yang sudah salah dalam melangkah saat menentukan arah nya. Kenapa sasmpai sejauh ini aku bisa melangkahkan kaki yang aku kendalikan sendiri?

Kini, aku berhadapan dengan sebuah tembok yang pondasinya sendiri sudah sasngat rapuh, warna cat yang sudah mulai usang dimakan oleh sang waktu. Ini jalan buntu!

Sekarang harus kemana aku melangkahkan kaki? Berbalik arah lalu kembali ke awal? Itu tak akan pernah mungkin, karna itu hanya akan membuang waktu yang aku punya. Seperti mencintai seseorang yang seharusnya tak kamu cintai begitu dalam, aku salah jalan.

Waktu, bawa aku kembali! Bawa aku kembali untung mengulangi semuanya tanpa harus membuang waktuku untuk berjuang sendiriam. Untuk tak mencintai sendirian.

Tidak! Tidak! Ini hanya tembok penghalang biasa, Aku pasti bisa menembus tembok ini atau memang aku harus kembali membuang waktu ku untuk sekedar menghapus semua jejak yang sudah aku ukir sampai akhirnya aku bisa berdiri disini.

Tuhan, tuntun. Beri aku mesin waktu, aku tak mau hidup di dalam rasa penyesalan.Kenapa kau membiarkan aku berjalan sendirian sampai akhirnya aku disini, sendiri, tak tau arah dan tujuanku melangkahkan kaki kedepannya.

Apa aku tak berhak bahagia? Apa aku tak berhak berdua? Apa aku hina untuk dipuja? Apa aku nista untuk dicinta? Janggan biarkan aku larut dalam penyesalan yang tak berujung, gadis mungil-Mu ini masih ingin dituntun oleh-Mu agar sampai ke tujuan yang sesungguhnya. Ulurkan tangan-Mu, genggam jemari mungilku, giring aku kembali untuk berdiri dengan kuat dan ajari aku untuk mengerti apa arti sebenarnya dari "Jangan menyerah" karna aku ingin bisa berdiri kembali di atas kaki ku sendiri untuk bisa menentukan kembali akan dibawa kemana arah kakiku melangkah pergi. Meski langah kaki mu melangkah untuk menjauh pergi.

Sayang, jangan hanya karna seseorang mau berlama-lama untuk menunggu, tak berarti kamu bisa seenaknya mengulur waktu. Semua bukan hanya perihal waktu, ini semua perihal perasaan dua orang yang berjuang bersama agar kaki berjalan berirama. Aku masih menunggu.

Dariku, perempuan yang setia menunggumu.

No comments:

Post a Comment