Wednesday, July 8, 2015

Berbahagialah Kamu

sampai saat ini, aku masih merasa sedih
saat aku terpaksa mengingat satu lambaian tangan selamat tinggalmu
yang menjadi hujan dimataku setiap hari nya.
siapa yang melerai pelukan terlebih dahulu?
ingin sekali berhenti menyalahkanmu
tapi saat aku sadar bahwa kamu yang melerai pelukan terlebih dahulu
dan meninggalkan ku
itu sangat menyakitkan.
sayang, Maafkan aku yang enggan melupakanmu sampai saat ini.
sebenarnya sangat mudah melupakan seseorang seperti dirimu
hanya saja aku menyukai tantangan.
hingga akhirnya aku tak mau melupakanmu sampai saat ini.

aku yang saat ini begitu asik mengenang tetesan embun.
aku seperti tak ingin beranjak dari pagi.
berharap matahari terlambat tiba,
dan memberi kita waktu utuh berdua saja.
Ada banyak perbincangan bodoh bersamamu, 
yang membuatku merasa pintar telah menjadi perempuanmu.
tetapi hujan dipagi hari membangunkan kenangan
yang sudah lama terlelap.
Seperti memanggil pulang nama seseorang,
yang telah pergi tapi ingatan tentangnya menetap.

Aku ingin kita tamasya ke padang awan.
Berlama-lama di sana, memelihara senja,
sampai berdua kita tak mau pulang.
Aku rindu kita.
Karena setelah kamu,
tiada benar-benar nyata.
Dan malam tak pernah lagi sama.
Kalau kisahku tak bisa bersama kamu.
Bisakah kita bersandiwara saja?
Sampai masing-masing kita lupa bahwa kita sedang berpura-pura.
Sayang, Hanya karena seseorang mau menunggu,
bukan berarti kau bisa mengulur waktu sesukamu.
pergilah, bagaimanapun harus tetap ada yang tinggal
untuk merawat kenangan yang belum siap tanggal.

Kenangan antara kita memang tidak bisa hilang,
tapi kenangan masih bisa terganti.
Sehingga yang lama perlahan memudar dan tak lagi berarti.
Aku, melepaskanmu dari segala pelukan rasa di hati dan fikiranku.
Selamat berbahagia sesukamu, Sayang.

No comments:

Post a Comment